Bandungan, 23 Maret 2024 – Apakah Anda pernah membayangkan sarung sebagai senjata? Di balik kain yang biasanya menghiasi tubuh kita saat lebaran, tersembunyi cerita mengejutkan. Belasan remaja di Bandungan dan Ungaran baru-baru ini tertangkap polisi karena hendak melakukan “perang sarung.” Tidak, ini bukan adegan dari film aksi, melainkan kisah nyata yang mengguncang kedamaian dua kota kecil di Jawa Tengah.
Mengapa Sarung?
“Kenapa mereka memilih sarung sebagai senjata?” Anda mungkin bertanya-tanya. Ternyata, tantangan dari media sosial menjadi pemicu aksi ini. Remaja-remaja ini merasa terpanggil untuk membuktikan keberanian mereka. Sarung, yang biasanya melambangkan ketenangan dan kebersamaan, tiba-tiba berubah menjadi alat perang. Seperti apa kisah di balik sarung-sarung yang tergulung rapat dengan batu?
Dari Bandungan hingga Ungaran: Jejak Perang Sarung
Bandungan: Pertemuan yang Menyesatkan
Di Bandungan, 11 remaja diamankan oleh jajaran kepolisian. Mereka berasal dari berbagai daerah di Kabupaten Semarang. Tantangan dari media sosial mengajak mereka untuk “perang sarung.” Namun, setelah mencari musuh di Desa Mlilir, ternyata kelompok remaja yang dijanjikan fiktif. Sarung-sarung yang diamankan pun menjadi barang bukti. Salah satunya, sarung yang dimodifikasi dengan berisi batu, siap digunakan dalam pertempuran.
Ungaran: Berkumpul di Balik Gedung DPRD
Di wilayah Ungaran, 4 remaja ditangkap. Mereka berkumpul di belakang gedung DPRD Kabupaten Semarang. Tiga di antaranya warga Kecamatan Ungaran, dan satu warga Banyumanik, Kota Semarang. Apa motif mereka? Mencari musuh untuk perang sarung. Tim patroli siskamling menemukan mereka pada malam hari. Sarung-sarung yang mereka bawa menjadi bukti bahwa tradisi ini telah berubah menjadi aksi yang meresahkan.
Ketika Tradisi Berubah
Perang sarung, yang seharusnya hanya menjadi bagian dari tradisi lebaran, kini berakhir di balik jeruji besi. Remaja-remaja ini mungkin tidak menyadari konsekuensi dari tindakan mereka. Namun, kisah mereka mengingatkan kita bahwa setiap tindakan memiliki dampak. Sarung yang seharusnya melambangkan perdamaian, kini menjadi simbol ketidakstabilan. Semoga kisah ini menjadi pelajaran bagi kita semua: bahwa tradisi harus dijaga dengan bijaksana, agar tidak berubah menjadi senjata yang merugikan.