Jepara, kota yang dikenal dengan keindahan mebel dan kerajinan kayunya, juga memiliki cerita lain yang tak kalah menarik. Di balik keindahan pantai dan seni ukir, terdapat para pedagang yang setiap hari berjuang di pasar tradisional. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang menjual sembako, bahan pokok yang menjadi tulang punggung kehidupan kita.
Kenaikan Harga: Menyambut Lebaran dengan Tegar
Sepekan menjelang Hari Raya Idul Fitri, suasana di pasar tradisional Jepara berubah. Rusmidah, seorang pedagang sembako di Pasar Kalinyamatan, mengamati fluktuasi harga dengan cermat. “Kenaikan sejak awal puasa, hampir di semua pedagang mengalami kenaikan,” ujarnya. Minyak goreng, bawang merah, cabai merah, dan tomat—semua mengalami perubahan harga. Namun, pasokan bahan pokok tetap aman.
Tantangan Seorang Pedagang: Harga Naik, Pembeli Sepi
Meski harga naik, keadaan pasar di kios Rusmidah tampak sepi. “Biasanya puasa hari ke-20 itu sudah ramai, tapi ini sepi seperti hari biasanya,” ungkapnya. Pedagang sembako harus berani menghadapi tantangan ini. Mereka bertahan dengan keteguhan hati, meski pembeli tak selalu berlimpah.
Beras dan Telur: Turun Meski Harga Lain Naik
Ada yang naik, ada yang turun. Harga beras mengalami penurunan karena adanya panen raya. Sedangkan telur ayam juga mengalami penurunan. Rusmidah dan rekan-rekannya terus berjuang, memastikan masyarakat tetap memiliki akses ke bahan pokok meski harga berfluktuasi.
Kehidupan Sehari-hari Pedagang Sembako
Dibalik kisah harga yang naik dan turun, para pedagang sembako di Jepara terus berjuang. Mereka adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Mari hargai kerja keras mereka dan ingatlah bahwa setiap kenaikan harga adalah tantangan yang mereka hadapi dengan tegar. Semoga kita semua bisa belajar dari keteguhan hati mereka dan menghargai setiap bungkus beras dan butir telur yang kita beli di pasar tradisional.