SEMARANG – Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengalami penurunan luas panen padi dan produksi beras sepanjang tahun 2023. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti cuaca, perubahan lahan, dan serangan hama. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng menunjukkan bahwa kondisi ini berdampak negatif pada ketahanan pangan di wilayah tersebut.
Faktor Penyebab Penurunan Luas Panen Padi
Salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan luas panen padi di Jateng adalah fenomena El Nino. El Nino adalah kondisi anomali iklim yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut di Samudra Pasifik. El Nino dapat menyebabkan kekeringan, banjir, dan perubahan pola hujan di berbagai wilayah di dunia, termasuk Indonesia.
Menurut Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Jateng Sujarwanto Dwiatmoko, dampak El Nino membuat banyak lahan produksi beras di Jateng tidak tergarap karena kekurangan air. “Dampak El Nino, banyak lahan produksi beras tidak tergarap karena tidak ada air,” katanya.
Selain itu, faktor lain yang berpengaruh adalah perubahan fungsi lahan dari pertanian menjadi non-pertanian. Hal ini terjadi karena adanya pembangunan infrastruktur, perluasan pemukiman, dan pertumbuhan industri di Jateng. Perubahan fungsi lahan ini mengurangi luas lahan yang tersedia untuk bercocok tanam padi.
Faktor lain yang juga berperan adalah serangan hama dan penyakit tanaman padi. Beberapa jenis hama dan penyakit yang sering menyerang padi di Jateng antara lain wereng coklat, penggerek batang padi, tungro, blas, dan bakteri layu. Serangan hama dan penyakit ini dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen padi.
Data Luas Panen Padi dan Produksi Beras di Jateng
Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh BPS Jateng melalui situs web jateng.bps.go.id, Jumat (1/3/2024), luas panen padi di Jateng pada tahun 2023 mencapai 1,63 juta hektare. Angka ini turun sekitar 2,72% dibandingkan dengan tahun 2022 yang mencapai 1,69 juta hektare.
Dari luas panen padi tersebut, Kabupaten Grobogan memiliki luas panen padi terbesar, yaitu 129,63 ribu hektare. Namun, angka ini juga mengalami penurunan sekitar 4,96% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kabupaten lain yang memiliki luas panen padi besar adalah Cilacap dengan 119,73 ribu hektare dan Sragen dengan 109,08 ribu hektare.
Sejalan dengan penurunan luas panen padi, produksi beras di Jateng juga mengalami penurunan. Data BPS Jateng menunjukkan bahwa produksi beras di Jateng sepanjang tahun 2023 mencapai 9,08 juta ton. Angka ini turun sekitar 2,91% dibandingkan dengan produksi beras pada tahun 2022 yang mencapai 9,36 juta ton.
BPS Jateng juga memperkirakan bahwa produksi beras di Jateng pada periode Januari-April 2024 akan turun sekitar 13,25% atau sekitar 0,54 juta ton dibandingkan dengan produksi beras pada periode yang sama di tahun 2023 yang mencapai 4,05 juta ton.
Kepala BPS Jateng, Dadang Hardiwan, mengatakan bahwa meskipun Kabupaten Grobogan memiliki luas panen padi terbesar, produksi beras terbesar di Jateng justru berada di Cilacap dengan jumlah 772,49 ribu ton. Dadang juga mengatakan bahwa dari produksi beras sebanyak itu di tahun 2023, produksi beras Jateng mencapai 5,22 juta ton. Angka ini turun dibandingkan dengan tahun 2022, di mana produksi beras di Jateng mencapai 5,38 juta ton.
Prediksi Panen Raya dan Ketahanan Pangan di Jateng
Meskipun mengalami penurunan luas panen padi dan produksi beras, Jateng masih memiliki harapan untuk meningkatkan kembali kinerja sektor pertanian. Dadang mengatakan bahwa produksi beras hingga tiga bulan ke depan sudah bisa diprediksi. “Produksi beras hingga tiga bulan ke depan sudah bisa diprediksi. Sejumlah daerah akan mengalami panen raya di April 2024,” katanya.
Panen raya diharapkan dapat meningkatkan stok beras di Jateng dan memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Sujarwanto juga mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir dengan persediaan beras di Jateng. Ia mengatakan bahwa prediksi panen raya akan mulai berlangsung mulai Maret hingga Mei 2024.
Untuk meningkatkan ketahanan pangan di Jateng, Sujarwanto juga menyarankan agar pemerintah daerah dan pusat melakukan berbagai upaya. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah meningkatkan irigasi, memberikan bantuan bibit dan pupuk, melakukan pengendalian hama dan penyakit, dan memberikan insentif kepada petani.