Banjir bandang yang melanda Desa Tajuk, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang pada Kamis, 28 Februari 2024, menyebabkan kerusakan parah pada jalan penghubung antara Dusun Ngroto dan Dusun Macanan. Jalan tersebut putus dan tidak bisa dilalui oleh kendaraan maupun pejalan kaki. Akibatnya, warga yang tinggal di kedua dusun tersebut mengalami kesulitan untuk beraktivitas dan berkomunikasi.
Penanganan Darurat oleh BPBD dan DPU
Untuk mengatasi kondisi tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang bersama dengan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Semarang segera melakukan penanganan darurat. Mereka berupaya untuk membersihkan material banjir bandang yang menutup aliran sungai di bawah jembatan jalan penghubung antardusun. Selain itu, mereka juga melakukan asesmen terhadap kondisi jembatan yang ambrol untuk menentukan langkah selanjutnya.
Kepala BPBD Kabupaten Semarang, Alexander Gunawan Tribiantoro, mengatakan bahwa penanganan darurat ini bertujuan untuk membuka akses warga secepat mungkin. “Kami bekerja sama dengan DPU Kabupaten Semarang untuk melakukan asesmen jembatan ambrol ini. Kami ingin mengetahui apakah jembatan ini masih bisa diperbaiki atau harus dibangun baru. Kami juga ingin menjamin keselamatan warga yang melintas di sini,” ucap Alex di Semarang, Jumat, 1 Maret 2024.
Asesmen Lanjutan untuk Penanganan Permanen
Sementara itu, Bupati Semarang, Ngesti Nugraha, mengatakan bahwa pihaknya masih terus melakukan asesmen lanjutan untuk penanganan permanen pascabanjir bandang. Ia mengaku bahwa banjir bandang ini merupakan bencana terbesar yang pernah terjadi di wilayah Getasan. Ia menduga bahwa banjir bandang ini berkaitan dengan kebakaran hutan di Gunung Merbabu yang terjadi beberapa waktu lalu.
“Kami masih asesmen dulu, karena ini akses warga yang penting. Kami juga asesmen dampak kebakaran hutan di Gunung Merbabu, apakah ada hubungannya dengan banjir bandang ini. Karena sebelum kebakaran, tidak pernah ada banjir bandang seperti ini di Getasan. Kebakaran hutan itu menghanguskan ratusan hektare lahan, jadi bisa jadi itu penyebabnya,” jelas Ngesti.
Ia juga mengimbau kepada warga untuk menjaga kebersihan lingkungan, terutama saluran air. Ia meminta warga untuk tidak membuang sampah sembarangan, karena bisa menyumbat aliran air dan memicu banjir. “Kami akan antisipasi agar kejadian ini tidak terulang lagi. Tapi kami juga minta kerja sama dari warga untuk menjaga kebersihan. Jangan sampai ada sampah yang mengotori sungai dan saluran air,” tegas Ngesti.
Menurut Ngesti, dari hasil asesmen lanjutan ini, pihaknya akan menentukan langkah yang tepat untuk memperbaiki jalan penghubung Dusun Ngroto dan Dusun Macanan. Ia juga akan menghitung biaya yang dibutuhkan untuk penanganan permanen ini. “Nanti kami akan tahu apa yang harus kami lakukan, apakah memperbaiki atau membangun jembatan baru. Kami juga akan tahu berapa biaya yang dibutuhkan, apakah bisa ditanggung oleh APBD Kabupaten Semarang atau tidak. Jika tidak, kami akan mengajukan ke APBD Provinsi Jawa Tengah atau ke BNPB pemerintah pusat,” tutup Ngesti.