Kabupaten Semarang memiliki sejarah yang panjang dan kaya. Salah satu tokoh penting dalam sejarah Kabupaten Semarang adalah Ki Ageng Pandanaran II, Bupati Semarang pertama yang memerintah pada abad ke-16. Ki Ageng Pandanaran II dikenal sebagai pahlawan yang berjuang melawan penjajahan Belanda dan Mataram. Ia juga meninggalkan enam pusaka oti yang menjadi simbol kekuasaan dan keberkahan.
Apa itu Jamasan Pusaka?
Jamasan pusaka adalah ritual membersihkan pusaka dengan air suci yang bertujuan untuk menghormati dan merawat pusaka. Jamasan pusaka juga diyakini dapat membersihkan aura negatif dan meningkatkan kualitas pusaka. Jamasan pusaka biasanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki pusaka atau oleh pihak berwenang yang bertanggung jawab atas pusaka.
Bagaimana Jamasan Pusaka Ki Ageng Pandanaran Dilakukan?
Setiap tahun, dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Semarang yang jatuh pada 15 Maret, Pemerintah Kabupaten Semarang mengadakan jamasan pusaka peninggalan Ki Ageng Pandanaran II. Jamasan pusaka ini dilakukan di Pendapa Rumah Dinas Bupati Semarang di Ungaran. Jamasan pusaka ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Hari Jadi Kabupaten Semarang yang ke-503 pada tahun 2024.
Jamasan pusaka ini dilakukan dengan menggunakan air suci yang disebut Tirta Perwita Sari. Air ini dikumpulkan dari 19 sumber mata air yang tersebar di setiap kecamatan di wilayah Kabupaten Semarang yang dijuluki Bumi Serasi. Air ini diserahkan oleh pimpinan kirab Merti Bumi Serasi kepada Bupati Semarang Ngesti Nugraha yang didampingi oleh Wakil Basari.
Bupati Semarang Ngesti Nugraha mengatakan bahwa Tirta Perwita Sari digunakan untuk jamasan pusaka, baik peninggalan Ki Ageng Pandanaran II, maupun pusaka-pusaka milik masyarakat yang dijamas secara bergantian. Ia juga mengatakan bahwa jamasan pusaka ini perlu dipertahankan sebagai bentuk nguri-uri budaya untuk anak cucu kita.
Apa Saja Pusaka Ki Ageng Pandanaran?
Pusaka Ki Ageng Pandanaran yang dijamas adalah enam pusaka oti yang terdiri dari:
- Keris Kyai Ageng Pandanaran, keris yang dibuat oleh Ki Ageng Pandanaran sendiri dan menjadi lambang kekuasaan dan kewibawaan.
- Keris Kyai Ageng Puspo, keris yang dibuat oleh Ki Ageng Puspo, ayahanda Ki Ageng Pandanaran, dan menjadi lambang keberanian dan kesaktian.
- Keris Kyai Ageng Selo, keris yang dibuat oleh Ki Ageng Selo, kakek Ki Ageng Pandanaran, dan menjadi lambang keturunan dan kehormatan.
- Tombak Kyai Ageng Selo, tombak yang dibuat oleh Ki Ageng Selo dan menjadi senjata andalan Ki Ageng Pandanaran dalam berperang.
- Gong Kyai Ageng Pandanaran, gong yang dibuat oleh Ki Ageng Pandanaran dan menjadi alat komunikasi dan pertanda penting.
- Kyai Ageng Pandanaran, bendera yang dibuat oleh Ki Ageng Pandanaran dan menjadi simbol kesatuan dan kebanggaan.
Apa Manfaat Jamasan Pusaka Ki Ageng Pandanaran?
Jamasan pusaka Ki Ageng Pandanaran memiliki banyak manfaat, baik secara spiritual maupun sosial. Secara spiritual, jamasan pusaka dapat menjaga keaslian dan kekuatan pusaka, serta menghilangkan energi negatif yang mungkin menempel pada pusaka. Jamasan pusaka juga dapat meningkatkan rasa hormat dan cinta kepada pusaka, serta mengingatkan kita akan jasa-jasa Ki Ageng Pandanaran dalam membangun Kabupaten Semarang.
Secara sosial, jamasan pusaka dapat mempererat hubungan antara pemerintah dan masyarakat, serta antara sesama masyarakat. Jamasan pusaka juga dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan kepedulian terhadap lingkungan, serta menginspirasi kita untuk berbuat baik dan berprestasi. Jamasan pusaka juga dapat menarik perhatian wisatawan dan meningkatkan potensi pariwisata Kabupaten Semarang.
Bagaimana Cara Mengikuti Jamasan Pusaka Ki Ageng Pandanaran?
Jika Anda ingin mengikuti jamasan pusaka Ki Ageng Pandanaran, Anda bisa datang ke Pendapa Rumah Dinas Bupati Semarang di Ungaran pada Kamis, 7 Februari 2024. Jamasan pusaka akan dimulai pukul 09.00 WIB dan berlangsung selama kurang lebih dua jam. Anda bisa menyaksikan prosesi jamasan pusaka, serta menikmati berbagai macam hasil bumi yang disajikan, seperti sayuran, buah-buahan, dan gunungan durian.
Anda juga bisa membawa pusaka Anda sendiri untuk dijamas bersama-sama dengan pusaka Ki Ageng Pandanaran. Anda hanya perlu mendaftarkan diri Anda terlebih dahulu kepada panitia yang bertugas. Anda juga perlu mengikuti aturan dan tata cara yang berlaku selama jamasan pusaka, seperti berpakaian sopan, bersikap hormat, dan tidak mengambil gambar atau merekam video.
Jamasan pusaka Ki Ageng Pandanaran adalah tradisi budaya yang melestarikan sejarah Kabupaten Semarang. Jamasan pusaka ini juga merupakan bentuk penghargaan dan penghormatan kepada Ki Ageng Pandanaran, Bupati Semarang pertama yang berjasa besar dalam membangun Kabupaten Semarang. Jamasan pusaka ini juga memiliki banyak manfaat, baik secara spiritual maupun sosial, bagi masyarakat Kabupaten Semarang.