Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini biasanya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa menginfeksi organ tubuh lainnya. Gejala TBC antara lain batuk berdahak, demam, berkeringat di malam hari, penurunan berat badan, dan lemas. Jika tidak diobati, TBC bisa menyebabkan kematian.
Di Indonesia, TBC masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius. Menurut data Kementerian Kesehatan, pada tahun 2023 terdapat sekitar 845 ribu kasus TBC baru dan 98 ribu kematian akibat TBC. Provinsi Jawa Tengah termasuk salah satu daerah dengan angka kejadian TBC tertinggi di Indonesia, yaitu sekitar 100 ribu kasus per tahun.
Salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki tantangan dalam penanggulangan TBC adalah Kudus. Kabupaten ini memiliki prevalensi perokok yang tinggi, yaitu sekitar 40 persen dari total penduduk. Padahal, merokok adalah salah satu faktor risiko yang meningkatkan kerentanan terhadap TBC. Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat tentang bahaya dan cara pencegahan TBC juga menjadi kendala.
Untuk mengatasi masalah ini, sebuah organisasi non-pemerintah bernama Mentari Sehat Indonesia (MSI) bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus melakukan berbagai kegiatan sosialisasi, edukasi, dan skrining TBC di berbagai kalangan masyarakat, termasuk mahasiswa. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat dalam mencegah dan mengobati TBC.
Seminar dan Skrining TBC di Universitas Muhammadiyah Kudus
Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh MSI dan DKK Kudus adalah seminar dan skrining TBC di Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU) pada Senin, 4 Maret 2024. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari TB Sedunia yang jatuh pada 24 Maret 2024.
Seminar dan skrining TBC ini diikuti oleh sekitar 200 mahasiswa dari berbagai jurusan, seperti kesehatan, ekonomi, dan hukum. Narasumber yang hadir dalam seminar ini adalah dr. Amirati Dwishinta Widiasari dari DKK Kudus dan Sukarmin, dosen kesehatan UMKU. Mereka memberikan materi tentang pengertian, gejala, penularan, pencegahan, dan pengobatan TBC.
Presiden Mahasiswa UMKU, M Nico Bagus, mengatakan bahwa seminar ini sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang TBC. Ia berharap, mahasiswa bisa menjadi agen perubahan dalam masyarakat untuk mengurangi penyebaran dan dampak negatif TBC.
“Kudus ini kan salah satu termasuk populasi yang banyak perokok, jadi ini merupakan suatu isu dan keresahan sendiri bagi kita dan BEM UMKU juga sudah membicarakan terkait lingkungan,” ujarnya.
Skrining dan Investigasi Kontak untuk Mencegah TBC
Selain seminar, MSI dan DKK Kudus juga melakukan skrining dan investigasi kontak untuk mencegah TBC. Skrining adalah pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi adanya gejala atau tanda-tanda TBC pada seseorang. Investigasi kontak adalah penelusuran dan pemeriksaan terhadap orang-orang yang berhubungan dekat dengan penderita TBC.
Staf Program MSI Kabupaten Kudus, Ahmad Sofyan, menjelaskan bahwa skrining dan investigasi kontak dilakukan dengan menggunakan metode pengecekan dahak yang berbasis pasien. Artinya, orang-orang yang dicurigai atau diduga mengidap TBC diminta untuk mengumpulkan dahak mereka untuk diperiksa di laboratorium.
“Jadi serumah akan diminta suspek untuk pengecekan dahak untuk pencegahan,” katanya.
Ahmad Sofyan menambahkan, penyakit TBC bisa disembuhkan asalkan penderita mau dan patuh mengikuti pengobatan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Pengobatan TBC membutuhkan waktu minimal 6 bulan dan harus dilakukan secara teratur dan lengkap. Jika tidak, TBC bisa menjadi resisten atau kebal terhadap obat.
Ia juga mengimbau agar masyarakat tidak mengucilkan atau mendiskriminasi orang yang mengidap TBC. Sebaliknya, mereka harus diberi dukungan moral dan sosial agar semangat untuk sembuh.
“Kita punya pasien support di RSUD Kudus dan sejumlah puskesmas yang akan mendampingi pasien TBC,” pungkasnya.
Kesimpulan
TBC adalah penyakit menular yang bisa dicegah dan disembuhkan. Untuk itu, masyarakat perlu mengetahui cara mencegah dan mengobati TBC dengan baik. Salah satu cara yang efektif adalah dengan melakukan skrining dan investigasi kontak secara rutin dan berkala.
MSI dan DKK Kudus telah melakukan berbagai upaya untuk memberantas TBC di Kabupaten Kudus, salah satunya adalah dengan menggelar seminar dan skrining TBC di kampus-kampus, termasuk UMKU. Kegiatan ini diharapkan bisa meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, khususnya mahasiswa, dalam penanggulangan TBC.