Bulan Ramadhan, bulan suci yang penuh berkah, biasanya menjadi momen ketenangan dan introspeksi bagi banyak orang. Namun, di Semarang, fenomena kreak—sebutan untuk gangster remaja—tetap mengguncang warga. Pada Minggu malam (31/3/2024), puluhan remaja bermotor dengan knalpot brong konvoi di jalan-jalan protokol, membuat kotor jalanan, dan mengganggu ketentraman warga. Aksi mereka berhasil dihentikan oleh Polrestabes Semarang, namun pertanyaannya tetap mengemuka: Apa sebenarnya yang mendorong para kreak ini beraksi?
Apa Itu Kreak?
Kreak, sebuah kata yang mengundang rasa penasaran. Apa artinya? Bagi sebagian orang, kreak identik dengan perilaku kasar, arogan, dan bertindak seenaknya tanpa mempedulikan orang lain. Mereka adalah orang-orang yang suka mencelakai, yang membuat onar di jalanan, dan yang seringkali beroperasi dalam geng-geng tertentu. Di daerah sekitaran Jawa dan Medan, kata “kreak” telah menjadi bagian dari bahasa sehari-hari, menggantikan istilah “arogan” atau “kasar.” Kreak adalah orang yang tak mengenal batas, yang mengabaikan norma dan etika, dan yang merasa memiliki hak istimewa untuk bertindak sesuka hati.
Mengapa Kreak Terus Beraksi?
Apakah faktor yang mendorong para kreak ini beraksi? Beberapa kemungkinan meliputi:
- Ketidakstabilan Sosial: Remaja yang merasa terpinggirkan atau tidak memiliki tempat dalam masyarakat sering mencari identitas dan kekuatan di dalam kelompok-kelompok seperti geng. Kreak mungkin melihat geng sebagai keluarga alternatif yang memberikan rasa keberadaan dan kekuatan.
- Pengaruh Lingkungan: Lingkungan tempat tinggal dan pergaulan juga memainkan peran penting. Jika lingkungan cenderung keras dan kekerasan diterima sebagai norma, para remaja lebih rentan terlibat dalam perilaku kriminal.
- Ketidakpuasan: Ketidakpuasan terhadap kondisi hidup, pendidikan, atau pekerjaan dapat mendorong seseorang mencari pelarian dalam perilaku destruktif. Kreak mungkin melihat kegiatan kriminal sebagai cara untuk mengatasi ketidakpuasan ini.
Dampak Kreak pada Masyarakat
Kreak bukan hanya masalah individu, tetapi juga mengganggu ketentraman dan keamanan masyarakat. Jalanan yang kotor, ketidaknyamanan warga, dan tawuran antar-kelompok adalah beberapa dampak negatif dari perilaku kreak. Polrestabes Semarang harus terus berupaya mengatasi fenomena ini agar warga dapat hidup dengan aman dan damai.
Kreak, fenomena gangster remaja, bukanlah hal yang bisa diabaikan. Dalam bulan Ramadhan yang penuh berkah, mari bersama-sama mencari solusi untuk mengurangi dampak negatif dari perilaku kreak. Semarang perlu menjadi kota yang aman dan nyaman bagi semua warganya.