Rejeban Ngrawan, Tradisi Doa Bersama di Bawah Prasasti Kuno

yohanes

Rejeban Ngrawan, Tradisi Doa Bersama di Bawah Prasasti Kuno

UNGARAN – Warga Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, menggelar tradisi Rejeban Ngrawan pada Kamis-Jumat (1-2/2/2024). Tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur dan doa bersama untuk kesejahteraan hidup di bawah prasasti kuno yang berada di desa mereka.

Prasasti Ngrawan, Saksi Sejarah dan Budaya

Prasasti Ngrawan adalah salah satu peninggalan sejarah dan budaya yang ada di Desa Ngrawan. Prasasti ini terletak di area persawahan yang berada di lereng gunung Telomoyo. Ada dua prasasti yang ditemukan di sini, yang bertuliskan tahun 1373 saka atau sekitar 1400 M. Salah satu prasasti berbentuk seperti gentong, yang digunakan sebagai tempat air suci oleh masyarakat setempat.

Menurut Rendra Agusta, seorang filolog dari Sraddha Institute, prasasti ini merupakan prasasti pegunungan yang kemungkinan besar merupakan tempat pengajaran dan pertapaan pada masa lalu. Prasasti ini menunjukkan bahwa Desa Ngrawan memiliki hubungan dengan tradisi Siwa-Buddha yang berkembang pada dinasti Mataram Hindu.

“Tempat pertapaan di naskah Jawa Kuno memiliki ciri berada di tepi sungai, gunung, dan agak tersembunyi. Lokasi di Prasasti Ngrawan masih bisa dilacak bahwa ciri lokasi tersebut sesuai. Saat ini sudah berubah. Di sekitar lokasi sudah tidak hutan melainkan area persawahan. Sungainya sudah tidak mengalir,” jelas Rendra.

Rendra menambahkan, meskipun ekologinya sudah berubah, prasasti ini masih memiliki nilai budaya yang tinggi bagi masyarakat Desa Ngrawan. Prasasti ini masih difungsikan sebagai tempat doa dan air suci, yang menunjukkan bahwa masyarakat masih menghormati dan menjaga warisan leluhur mereka.

“Pasti mengalami perubahan. Dulu berada di lingkup tradisi Siwa-Buddha. Saat ini berada di lingkup muslim. Tetapi secara material budayanya masih bisa digunakan masyarakat. Kegiatan tersebut, merupakan hal penting untuk menjaga benda cagar budaya, karena masih difungsikan. Lokasi yang berada di tengah masyarakat membuatnya terus terjaga nilainya. Jika biasanya membuat monumen atau dimuseumkan. Ini masih terjaga ditengah masyarakat. Secara kebudayaan pasti berbeda,” ungkapnya.

Rejeban Ngrawan, Doa Bersama untuk Kesejahteraan

Rejeban Ngrawan adalah tradisi doa bersama yang dilakukan oleh warga Desa Ngrawan setiap tahun pada bulan Rejeb, atau bulan ketujuh dalam kalender Jawa. Tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur dan permohonan kepada Tuhan agar diberi kesejahteraan dalam menjalani kehidupan.

“Seluruh masyarakat Desa Ngrawan ikut berdoa dalam acara ini. Memperingati rejeban,” kata Lungguh, Kepala Desa Ngrawan.

Dalam tradisi ini, warga Desa Ngrawan mengadakan pawai dengan membawa makanan dan gunungan hasil bumi. Mereka menuju ke area Prasasti Ngrawan, tempat mereka melakukan doa bersama. Di sana, mereka juga memasak daging kambing dengan tungku, yang sebelumnya telah disembelih sebagai bagian dari prosesi ritual. Mereka juga menyiapkan berbagai sesaji yang diletakkan di dekat prasasti.

Doa bersama dipimpin oleh tokoh agama setempat, yang mengucapkan syukur dan harapan untuk Desa Ngrawan. Setelah doa selesai, warga dan pengunjung acara dipersilakan untuk makan bersama dan bertukar lauk. Gunungan dan daging kambing menjadi rebutan, karena diyakini membawa berkah.

Tradisi Rejeban Ngrawan tidak hanya berisi doa bersama, tetapi juga diisi dengan berbagai kegiatan budaya lainnya. Pada Kamis (1/2/2024) malam, warga mengadakan diskusi di Omah Cikal, sebuah rumah budaya di Desa Ngrawan. Pada Jumat (2/2/2024) malam, warga menampilkan pentas Tari Topeng Gecul, sebuah kesenian tari komedi yang merupakan tarian punakawan.

“Sekaligus ulang tahun sanggar yang ke-16,” kata Turut Sukardi, Ketua Paguyuban Tari Topeng Gecul.

Tari Topeng Gecul adalah salah satu kesenian tari yang berasal dari Desa Ngrawan. Tarian ini digelar untuk menghibur prajurit dan raja pada dinasti Mataram Hindu. Penari mengenakan ragam topeng berkarakter lucu, yang melambangkan para punakawan, yaitu abdi setia yang selalu menemani tokoh utama dalam cerita pewayangan.

“Kesenian tari ini merupakan peninggalan leluhur, supaya tidak hilang dikenalkan ke generasi berikutnya,” ungkap Turut.

Turut menambahkan, dalam pentas Tari Topeng Gecul, dua topeng dan dua jarik turut didoakan di Prasasti Ngrawan. Termasuk alat musiknya yakni empat rebana dan satu bedug. Jumlah penari bisa mencapai 30 orang, tetapi minimal 12 orang.

Rejeban Ngrawan adalah salah satu tradisi budaya yang masih dilestarikan oleh warga Desa Ngrawan. Tradisi ini menunjukkan bahwa warga Desa Ngrawan masih memiliki rasa hormat dan cinta kepada leluhur, sejarah, dan budaya mereka. Tradisi ini juga menunjukkan bahwa warga Desa Ngrawan memiliki semangat gotong royong dan kebersamaan dalam menjalani kehidupan.

Also Read

Bagikan: