Desa Lopait, salah satu desa di Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, memiliki tradisi unik yang disebut Susuk Wangan. Tradisi ini adalah ritual membersihkan saluran air yang berasal dari mata air di Sendang Kali Wetan. Tradisi ini dilakukan setiap tahun sebagai bagian dari merti desa, yaitu upaya menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan.
Apa itu Susuk Wangan?
Susuk Wangan adalah istilah Jawa yang berarti membersihkan saluran air. Saluran air ini mengalir dari mata air di Sendang Kali Wetan, yang merupakan sumber air bersih bagi warga Desa Lopait dan sekitarnya. Mata air ini juga dianggap sebagai tempat keramat yang memiliki nilai spiritual tinggi.
Susuk Wangan dilakukan dengan cara mengarak tumpeng dan aneka jajan pasar dari rumah salah satu tokoh masyarakat menuju lokasi mata air. Tumpeng dan jajan pasar ini kemudian disajikan sebagai sesaji dan syukuran kepada Tuhan dan leluhur. Selain itu, warga juga membersihkan saluran air dari sampah, lumpur, dan halangan lainnya. Tujuannya adalah agar air tetap mengalir lancar dan bersih.
Kapan Susuk Wangan Dilakukan?
Susuk Wangan dilakukan setiap tahun pada hari Minggu pertama bulan Maret. Tanggal ini dipilih karena bertepatan dengan rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Semarang, yang jatuh pada tanggal 15 Maret. Susuk Wangan juga merupakan salah satu kegiatan dari merti Bumi Serasi, yaitu gerakan merti desa yang dilakukan secara serentak di 19 kecamatan di Kabupaten Semarang.
Merti Bumi Serasi adalah inisiatif dari Pemerintah Kabupaten Semarang untuk mengajak masyarakat menghormati dan menjaga alam. Merti Bumi Serasi dimulai sejak tahun 2017 dan melibatkan berbagai elemen masyarakat, seperti tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, kepala desa, dan lain-lain. Merti Bumi Serasi juga melibatkan berbagai ritual adat, seperti jamasan pusaka, kirab air, dan penanaman pohon.
Mengapa Susuk Wangan Penting?
Susuk Wangan penting karena memiliki makna yang mendalam bagi warga Desa Lopait dan Kabupaten Semarang. Susuk Wangan tidak hanya sekadar membersihkan saluran air, tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur, seperti:
- Menghargai dan mensyukuri nikmat air yang diberikan oleh Tuhan dan leluhur.
- Menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, terutama sumber air bersih yang vital bagi kehidupan.
- Menumbuhkan rasa kebersamaan dan gotong royong antara warga desa dan antar desa.
- Melestarikan budaya dan tradisi lokal yang kaya dan unik.
- Menyuarakan pesan damai dan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.
Susuk Wangan adalah salah satu contoh bagaimana masyarakat pedesaan di Kabupaten Semarang masih menjaga dan mengembangkan tradisi yang bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan lingkungan. Susuk Wangan juga menunjukkan bahwa masyarakat pedesaan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan hidup. Susuk Wangan adalah warisan budaya yang patut diapresiasi dan dilestarikan.